watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

MEMUASKAN BIRAHI LINA

Suatu saat, begitu Lina selesai mengantar
suaminya ke bandara karena suaminya ada
urusan bisnis ke luar negeri, maka diapun
menelepon aku.
”Mia, aku sudah siap nich……” katanya
”Siap apaan Lin?” tanyaku pura-pura.

”Ala, pura-pura lu, itu tuh, suamiku baru saja aku
anter ke bandara karena ada urusan bisnis di
Jepang selama tiga minggu, asik kaannn… Jadi
rencana kita untuk ber-three in one dengan temen
suami lu, siapa namanya tuh, Edo ya? bisa kita
laksanakan” jawabnya.
”OK boss! Ntar aku telepon dulu ke Rado” kataku.
Singkat cerita, pagi itu juga aku telepon ke Edo
supaya datang ke rumah Lina, aku sudah
menunggu disana. Aku tidak peduli bagaimana
caranya dia minta ijin meninggalkan kantor, yang
penting segera datang. Habis penting bener sih.
Setelah aku menyerahkan anakku ke pembantu
supaya diajak ke rumah mertua, segera aku cabut
ke rumah Lina di bilangan Tebet. Dalam
perjalanan, sambil menyetir mobil aku sudah
membayangkan bagaimana nanti aku akan
memainkan perananku dalam persetubuhan
secara three in one tersebut. Jangan dikira aku
tidak berdebar-debar menghadapi situasi ini,
sebab inilah pertama kali aku akan melakukan
persetubuhan secara three in one dengan satu
orang laki-laki dan dua orang wanita yang terus
terang baru pernah aku saksikan di film-film biru
atau baca baca di cyber porn.

Ketika aku tiba disana, mobil langsung
kumasukkan ke garasi yang terbuka. Ternyata
Edo belum datang.
”Kebetulan! Ada waktu untuk menenangkan diri”
batinku dalam hati.
Ternyata Lina juga idem denganku. Malah
kelihatan sekali bahwa tangannya gemetar waktu
dia menyiapkan minuman.
”Kamu kok kelihatan nerveous begitu sih Lin?”
tanyaku pura-pura bersikap tenang.
”Jangan ngeledek, aku kan baru mau kali ini
berselingkuh dengan laki-laki lain” jawabnya
sambil pura-pura melotot.
Lina sebenarnya wanita yang agak pemalu,
walaupun kalau menceritakan soal keinginannya
bersetubuh dengan laki-laki yang mempunyai
kontol besar, malah jadi malu-maluin.
Tubuhnya tinggi semampai, lebih tinggi dari rata
rata wanita Indonesia. Kulitnya mulus, berwarna
kuning langsat, wajahnya bernuansa oriental
meskipun bukan keturunan Chinese. Tapi
herannya kenapa susunya besar ya? Biasanya
tipe-tipe seperti itu kan susunya cenderung kecil.
Ukuran bra-nya 34C. Aku tahu sebab pernah
beberapa kali belanja pakaian dalam bersama dia.

Pentilnya berwarna kecoklatan sedangkan
rambut-rambut jembutnya tidak begitu lebat, aku
tahu itu sebab pernah mandi bersama setelah
berenang di kolam renang belakang rumahnya.
Perutnya rata bener, pantaslah, karena belum
punya anak walaupun sudah tiga tahun menikah,
sedangkan pahanya, alamak, betul-betul paha
peragawati, mulus sekali! Belum lagi matanya
yang redup sayu membuat laki-laki yang
ditatapnya merasa seperti dipanggil untuk
mendekat. Pantaslah kalau orang sekaya Aryo
(nama suaminya) begitu bernafsu untuk
memperistrinya. Tapi nafsu seksnya itu lho,
betul-betul luar biasa. Aku pernah diajak bermain
lesbian bersamanya sehabis mandi bersama
tempo hari. Tapi aku tolak secara halus, karena
aku lebih suka bersetubuh dengan laki-laki, dan
diapun mengerti. Apalagi setelah aku ceritain
nikmatnya kontol Ki Alugoro dan kontol Edo.

Singkat cerita, setengah jam kemudian datanglah
Edo sang Arjuna. Buru-buru aku bukain sendiri
pintu pagar halaman walaupun sebenarnya pintu
itu bisa dibuka jarak jauh dengan remote. Lina
memang sengaja meliburkan pembantu-
pembantu dan satpamnya hari itu.
”Hello, yang..” sapanya mesra.
”Ayo, masuk” jawabku sambil senyum.
”Sudah ditunggu lho..” bisikku sambil bergelayut
di bahunya.
Sampai di ruang tamu tak kudapati Lina.
”Kemana dia?” pikirku dalam hati.
Setelah menyuruh Edo duduk, buru-buru aku ke
ruang dalam. Ternyata Lina sedang berganti
pakaian. Dengan rok mini berwarna putih dipadu
T-shirt tank top ketat berwarna biru gelap
menampilkan sosok tubuhnya yang bak bidadari.
Susunya yang besar terlihat bergelayutan seakan
akan mau meloncat dari dalam T-shirt nya.
Rupanya dia sengaja tidak memakai bra, sehingga
pentil susunya kelihatan jelas tercetak di depan
mata. Pahanya yang mulus terpampang hampir
tiga perempatnya. Apalagi dengan berlian yang
ditindikkan di pusarnya sebentar-sebentar
berkilauan bila dia menggerakkan tubuhnya.

”Excellent…!” pekikku lirih.
”Sssstttt……” jawabnya lirih.
”Ayo…” ajaknya sambil wajahnya kelihatan agak
kemerah-merahan.
”Sebentar, aku juga mau melepas bra-ku dulu”
sahutku sambil buru-buru membuka baju dan
melepas bra.
Setelah itu kupakai bajuku lagi. Sengaja kubuka
dua kancing atasnya sehingga belahan dada dan
sepertiga susuku terpampang seperti memanggil
tangan iseng laki-laki untuk membelainya.
Sampai di ruang tamu aku melihat Edo
terbengong-bengong melihat penampilan kami
berdua.
”Perkenalkan, ini temanku Lina” kataku sambil
menarik tangan Lina untuk bersalaman dengan
Edo.
”Rado…” jawab Edo menimpali
Lama mereka saling berjabat tangan dan saling
memandang. Aku hampir-hampir cemburu
dibuatnya.
”Ayo” kataku membuyarkan angan-angan mereka.


Kamipun pergi ke belakang rumah. Di tepi kolam
renang ternyata sudah dipersiapkan semacam
kasur angin, seperti yang diiklankan di TV itu. Di
sampingnya ada meja taman yang di atasnya
terletak buah-buahan, sebotol wine dan beberapa
botol soft drink. Tentu saja ada juga tiga buah
gelas kristal yang cantik.
Tapi aku tidak tertarik dengan semua itu, karena
setiba di tepi kolam renang, buru-buru aku
melepaskan seluruh pakaianku dan dengan tubuh
telanjang bulat aku menceburkan diri ke air.
Rupanya inisiatifku diikuti oleh mereka berdua.
Kuperhatikan kontol Edo ternyata sudah ngaceng,
walaupun belum seratus persen.
Melihat kontol yang luar biasa itu, mata Lina
terbelalak dan mulutnya setengah terbuka.
Tidak begitu lama kami berada di air. Kemudian
kami bertiga duduk di kasur tersebut.
Kini aku yang mengambil inisiatif. Kudorong
tubuh Edo supaya telentang dan kutarik tangan
Lina untuk memegang kontol Rado. Sedang aku
sendiri cepat-cepat memperamainkan susu Lina
dari belakang sambil menciumi belakang telinga
dan kuduknya.
Diperlakukan demikian, apalagi sambil
memegangi kontol Edo yang sudah tambah
mengeras, nafsu Lina rupanya cepat naik.
Nafasnya agak memburu sedang mukanya
sudah mulai memerah.
Melihat itu Edo mulai beraksi mengambil alih
permainan. Sambil merebahkan tubuh Lina di
kasur, aku disuruh menghisap-hisap susu Lina,
sedang dia mulai menciumi paha sebelah dalam
Lina, terus ke atas, sampai ke belahan tempiknya
yang sudah mulai merekah. Sedang tangannya
yang kiri mulai menggerayangi tempikku yang
juga sudah mulai gatal. Sampai di belahan tempik
Lina, tanpa basa-basi mulut Edo langsung
menyerbu dan menjilat-jilat sambil menghisap-
hisap itil Lina.
Kami perlakukan demikian, Lina langsung
menggelinjang hebat. Mulutnya mulai mendesis,
”Ouccggghhh……”
Edo sadar bahwa dia harus memuaskan dua
orang cewek secara bergantian dan berkali-kali,
maka tanpa membuang waktu lebih lama dia
sodorkan kontolnya yang sudah ngaceng penuh
itu ke belahan tempik Lina. Seperti kepadaku dulu
dia mulai dengan menggosok-gosokkan ujung
kontolnya ke kontol kecil dan bibir tempik Lina.

Tentu saja hal tersebut membuat Lina
bergelinjang tidak keruan. Tapi berbeda denganku
dulu, Lina langsung memegang kontol Edo yang
luar biasa besar itu untuk dimasukkan ke dalam
tempiknya. Tentu saja susah sekali, karena Lina
belum punya anak, sehingga tempiknya relative
masih sama sempitnya seperti waktu perawan
dulu, apalagi tempik itu hanya pernah dilalui oleh
kontol suaminya yang kecil dan pendek.
Maka, sambil mulutku masih menghisap-hisap
susu Lina, jari-jari tanganku menolong membuka
bibir tempik Lina supaya bisa dilalui kontol Edo.
”Uuuccchhh… mmmhhhh” rintih Lina menahan
rasa nikmat.
Tak berapa lama kontol Rado berhasil juga
menyeruak ke dalam tempik Lina, walaupun baru
sebatas kepala dan separuh batangnya saja.
Itupun sudah membuat Lina menjerit tertahan
merasakan nikmat yang belum pernah ia rasakan.
”Oouugghhhh… Mmmiiaaa…… Eeeddoooo…
tteerruuussss… oouughhh… eennnaakkkk…”
celotehnya.

Mukanya jadi merah membara, matanya
membeliak-beliak ke atas, pahanya makin
dilebarkan dan pinggulnya diangkat-angkat ke
atas.
Walaupun mulutku masih terus menghisap-hisap
susu Lina, akupun sempat berbisik padanya,
”Goyang Lin, goyang pantatmu supaya kontol
Edo cepat bisa masuk seluruhnya”
Diapun menggoyang-goyangkan pantatnya
diringi dengan hunjaman keras kontol Edo, maka
blesss… amblaslah semua batang kontol Edo.
”Aaarrggccchhhh……” pekik Lina.
”Mmiaa…… kkontttoll Eeeddooo……
mmmhhhhh… eennaakkk sseekkalliii…” lanjutnya
dengan penuh birahi.
Setelah itu Edo makin giat menghunjam-
hunjamkan kontol besarnya ke dalam tempik Lina
yang makin menggelinjang-gelinjang dengan
hebatnya. Tubuhnya yang sudah basah dengan
air itu makin basah lagi bercampur dengan
keringat, sedang selangkangan dan rambut-
rambut jembutnya yang keriting itu makin basah
dengan cairan nafsu yang mulai keluar dari
lubang tempiknya. Matanya makin membeliak-
beliak sambil mulutnya yang mungil itu
ternganga-nganga.
Akupun mulai berinisiatif lagi, lidahku mulai
menjilati muka Lina, bibirnya, turun ke leher, dan
akhirnya ke susunya yang besar itu lagi.
Tentu saja hal tersebut membuat tubuh Lina yang
telanjang itu serasa melayang di awan yang
berarak di atas kami. Kurang dari setengah jam
Lina kami perlakukan demikian ketika tiba-tiba
tangan Lina yang kanan mencengkeram erat-erat
tanganku, sedang tangannya yang kiri memeluk
erat-erat pinggang Edo. Sambil mengangkat
pinggulnya tinggi-tinggi orgasmenya meledak
diriringi teriakannya, ”Aaaarrrggghhh… Mmiia…
Eeeddoooo… oooccchhhhhhh……”
Linapun terkapar sambil tangannya memegangi
kontol Edo yang tentu saja belum orgasme.
Rupanya seperti diriku, Linapun rupanya tidak
ingin cepat-cepat kehilangan kontol itu dari
tempiknya.
Aku terpana sekali menyaksikan adegan yang
belum pernah kusaksikan tersebut. Tangankupun
tanpa sadar telah mengelus-elus tempik dan itilku sendiri.

Tetapi sadar akan tugasnya untuk memuaskan
diriku juga, maka dengan halus Edo melepaskan
pegangan tangan Lina pada kontolnya dan
mengacungkannya padaku.
Tentu saja hal itu kusambut dengan bahagia,
kupegang kontol itu kuusap-usap, kucium
kemudian kuhisap-hisap sambil kutelan sisa lendir
kawin dari tempik Lina yang menempel hingga
bersih. Akupun ingin memamerkan kepiawaianku
bersetubuh kepada Lina, maka setelah menghisap
hisap kontol Edo, kusuruh dia tidur telentang
sehingga kontolnya mencuat ke atas. Akupun
segera menungganginya sambil berusaha
memasukkan kontol Edo ke dalam tempikku.
Karena sudah berpengalaman berkali-kali, maka
tidak sesulit dulu kontol Edo masuk ke dalam
tempikku dan bleessss… masuklah kontol Edo
seluruhnya.
Aku tergelinjang ketika ujung kontol Edo
menyentuh bagian paling sensitive di dalam
tempikku, tapi kuusahakan bagian itu tidak
tersentuh dulu, supaya persetubuhan ini berjalan
agak lama. Beberapa saat menaik turunkan
pantatku di atas tubuh Edo.
Ternyata Lina memperhatikan adegan ini, dan
dengan mata terbelalak sambil mulutnya terbuka,

dia bangkit duduk untuk menyaksikannya lebih
dekat.
”Hisap pentil susu Edo, Lin..” suruhku pada Lina.
Tentu saja Lina menurut, dan sambil
menungging dihisap-hisapnya pentil susu Edo.
Kesempatan ini rupanya dimanfaatkan oleh Edo.
Sambil merem melek keenakan, jari tangannya
mulai mempermainkan itil Lina, dipencet-
pencetnya, digosok-gosoknya, sehingga Lina
menggelinjang-gelinjang keenakan. Melihat muka
Lina makin memerah, Rado meminta
persetujuanku untuk menuntaskan hasrat birahi
Lina lagi.
”Percayalah, aku tidak akan sampai orgasme…”
bisiknya.
Akupun mengangguk setuju karena kepuasan
sahabatku Lina termasuk penting buatku.
Kemudian dengan lembut susu Lina didorong
sehingga dia rebah telentang. Edopun memulai
lagi aksinya. Disedot-sedotnya itil Lina sambil
dijilat-jilatnya dengan rakus.
Aku makin terpana melihat wajah Lina yang
mengeluarkan ekspresi yang sulit untuk
kuceritakan. Pokoknya ekspresi untuk meminta
segera disetubuhi.
Mungkin Edo sadar bahwa masih ada tugas
selanjutnya yaitu menyetubuhiku, maka tanpa
buang-buang waktu segera diacungkannya
kontolnya ke mulut Lina.
Agak kikuk Lina menerima pemberian itu, tetapi
karena tadi dia melihatku, mengelus-elus,
menjilat-jilat dan menyedot-nyedot kontol Edo,
maka diapun berusaha berbuat demikian.
Hampir tidak masuk kontol Edo ke dalam mulut
Lina yang mungil itu.
Setelah beberapa saat dihisap-hisap (dengan agak
kikuk tentu saja, karena Lina belum pernah
berbuat itu kepada suaminya) kemudian Edopun
mencabut kontolnya dari mulut Lina dan
langsung mengarahkannya ke tengah lubang
tempik Lina dan…
”Bleeesss………”
Karena tempik Lina sudah banjir oleh lendir
birahinya, hanya dengan sedikit kesulitan kontol
Edo sudah amblas seluruhnya ke dalam lubang
tempik Lina dan…
”Ooouuuggghhhhh……” pekik Lina lirih.
”Teerruuuusssss…… Ddooooo… ggennjjot
llaggiiii……” pinta Lina sambil merem melek dan
wajahnya memerah padam.
Tanpa membuang-buang waktu Edopun
langsung memompakan kontol besarnya secara
cepat dan bertubi-tubi di dalam lubang kawin
Lina.
”Ughhhh… ughhhhh… crot… crot… crot…”
terdengar rintihan nikmat Lina dipadu dengan
bunyi kontol Edo keluar masuk tempik Lina yang
makin banjir oleh lendir kawinnya itu.
Rupanya Edo ingin persetubuhan ini cepat selesai
maka makin kencanglah kontolnya menyodok-
nyodok lubang tempik Lina.


Rupanya karena termasuk golongan pemula
dalam blantika perselingkuhan maupun tehnologi
persetubuhan, Lina masih bersumbu pendek dan
cepat mencapai puncak birahi karena belum
setengah jam, tiba-tiba tubuh Lina mengejang,
pinggulnya diangkat tinggi-tinggi sembari
tangannya memeluk erat pinggang Edo maka……
”Eddooooo… akkuuu…… kkkeelluuuaarrrrrrr…”
teriaknya melepaskan puncak birahinya.
Dan seiring dengan itu tangannya memeluk
makin erat tubuh Edo seolah tidak mau lepas lagi.
Beberapa saat kemudian barulah dia tergeletak
dengan lemas di bawah tubuh telanjang Edo.
Edopun tersenyum sambil melirik ke arahku dan
tangannya mengelus-elus rambut Lina.
Rupanya Linapun keenakan diperlakukan
demikian.
Hanya, karena waktu Rado tidak banyak karena
harus pulang ke kantor sebelum jam kerja usai,
maka dengan lembut ditinggalkannya Lina yang
telentang manja dan langsung menghampiriku.
Akupun tahu diri, segera kutelentangkan diriku,
kubuka pahaku lebar-lebar sambil kutekuk lututku
ke atas.
Tanpa basa basi Edo langsung menyerbu diriku
dan memasukkan kontolnya ke lubang tempikku.
Jago benar dia, walaupun kelihatan tergesa-gesa,
tetapi tusukan kontolnya bisa persis di tengah-
tengah lubang tempikku.
Tentu saja aku tergelinjang menerima tusukan
yang tiba-tiba itu. Dan dengan nafsu yang
membara karena sempat tertunda tadi, maka
kulayani Edo dengan sepenuh keahlianku.
Kuempot-empot kontol Edo dengan tempikku,
dan kugoyang-goyang dengan hebat, sehingga
walaupun memakan waktu agak lama dan
mengeluarkan suara crot… crot… crot sekitar
setengah jam lebih, maka Edo dan akupun secara
bersamaan melayang ke langit biru yang
diselimuti kenikmatan dan…
”Ugghhhhh.. ughhh… Ddoo…… akkuu…
mmmau… kkeeluuaarrrrr… ogcchhhhh……”
rintihku keenakan. ”Aakkuuu… jjuggaa…
kkeelluuuaaarrrrrr…… Mmiiaaa…… aayyoo…
bbaarrreeennggggggg…” teriaknya.
”Ukkhhh… acchhhhh… mmhhhhh…” erangnya
kemudian dan……
”Sshhyyuuuurrrrrrrr……” seperti semburan
lumpur hangat lapindo di Sidoarjo sana tempikku
dan kontol Edo secara bersama-sama
menyemburkan cairan kenikmatan banyak sekali.
Dan seperti biasanya, kontol Edo tetap aku jepit
erat-erat dengan tempikku sehingga seluruh peju
Edo habis tertelan ke dalam lubang tempikku.
Tubuhku dan tubuh Edo berpelukan erat sekali
sambil bibir kami berpagutan. Tentu saja hal
semacam ini belum pernah dialami dan dilihat
oleh Lina. Dengan keadaan terengah-engah aku
lirik Lina duduk bersimpuh dekat sekali di
samping kami sambil mulutnya ternganga,
wajahnya merona merah sambil tanpa sadar
tangannya memijit-mijit itilnya sendiri.

Rupanya dia amat terangsang dan ikut terhanyut dengan
pemandangan di depan matanya itu.
Maka dengan tersenyum lembut kuraih
tangannya, kuelus-elus kubisikkan kata-kata, ”Lain
kali kamu bisa mengalami yang seperti ini, yaitu
orgasme bareng dengan Edo, tapi kali ini Edo
harus segera pulang ke kantor Lin……”
Edopun kulirik dan dia mengangguk lembut. Maka
acara selanjutnya kamipun menceburkan diri ke
kolam renang, bercanda sebentar dan kemudian
mandi bertiga di kamar mandi mewah Lina.
Akhirnya karena masih ogah berpakaian, kami
mengantar Edo bertelanjang bulat sampai di
ruang tamu saja, sampai mobil Edo
meninggalkan pekarangan dan kukunci dari ruang
tamu sebab seperti kuceritakan dimuka, pintu
pagar rumah Lina kan bisa dibuka dan ditutup
dengan remote. Tidak seperti rumahku yang
harus didorong dengan tenaga manusia.
”Mia…” kata Lina tiba-tiba sambil merangkul
bahuku dari belakang.

Kurasakan kedua pentil Lina menempel di
punggungku.
”Hmmh…” sahutku.
”Terus terang aku tidak tahu harus berterima
kasih bagaimana kepadamu. Persetubuhan
seperti tadi sama sekali tidak pernah
kubayangkan. Bermimpipun tidak pernah. Aku
tidak pernah membayangkan kok persetubuhan
bisa mendatangkan kenikmatan yang begitu
hebat dalam diriku. Rasanya pengin deh Edo aku
tahan berhari-hari disini. Atau bagaimana kalau
dia kita jadikan gigolo kita? Biar aku yang
menanggung dananya……” katanya mulai
ngawur.
”Hush…” sahutku pura-pura melotot.
”Dia itu bukan orang miskin, dan dia mau berbuat
begini hanya dengan kita saja kok. Aku jamin. Dia
hanya ingin memberi kepuasan kepada aku dan
temen-temen yang aku referensikan” sahutku
sambil membusungkan dada dan berjalan ke
arah teras rumah.
”Mia..!” seru Lina mengagetkanku.
”Kamu masih telanjang! Kok keluar rumah”
Aku kaget dan buru-buru balik kanan sambil
kedua tanganku secara reflek menutupi susu dan
tempikku.
”Asem” umpatku dalam bahasa Jawa.
”Sampai nggak sadar aku, untung kau ingatkan”
lanjutku.
Tapi sebenarnya di teras rumahpun tidak akan
ada yang melihat karena rumah Lina dikelilingi
pagar tinggi yang tertutup rapat, sedang
satpamnyapun kan dia liburkan hari ini.
Oleh sebab itu masih dengan telanjang, aku balik
lagi ke teras dan duduk-duduk disana. Tak lama
kemudian Linapun menyusul duduk di kursi
sebelahku, juga masih dalam keadaan telanjang.

”Perasaan, kalau dalam keadaan telanjang di
tempat terbuka, asyik juga ya? Kaya di pantai
nudis di Australia itu lho! Cuman kalau terlalu
umum seperti itu malah jadi nggak seru, karena
banyak kakek-kakek dan nenek-nenek yang ikutan
telanjang, jadi malah nggak asyik dilihatnya. Tapi
udahlah, jadi ngelantur” anganku.
Setelah melanjutkan obrolan-obrolan saru
sebentar, akupun bangkit dan pamitan pada Lina.
”Baiklah Lin, aku pulang dulu, sampai lain kali,
seperti yang kujanjikan tadi, kamu akan kuajari
supaya bisa orgasme bareng dengan Edo” ucapku.


”Kapan, tuh…” tanyanya sambil matanya
memancarkan sinar seakan tidak sabar.
Kukatakan secepatnya. Dan setelah berpakaian,
kukecup bibir Lina dengan mesra. Kiss bye dan
kustarter mobilku, pulang.
Oh ya, Lina masih telanjang bulat juga waktu
mengantarku sampai di garasi.
Persis sampai di rumah, teleponku berdering,
ternyata dari Lina yang menceritakan bahwa dari
tadi dia masih hilir mudik di ruang tamu sambil
masih bertelanjang bulat. Dia merindukan
kehadiran Edo kembali secepatnya.
”Wah gawat nih” pikirku.
Maka timbulah ide kreatifku yaitu bagaimana kalau
kuadakan acara bukan three in one tetapi four in
one, jadi dua cowok dan dua cewek supaya tidak
ada waktu nganggur bagi ceweknya. Lagipula kita
bisa bertukar-tukar pasangan. Asyikkan?
Ide itu cepat cepat kusampaikan kepada Edo.
Setelah berpikir sesaat dia katakan setuju, karena
sebagai cowok megapolitan kan jamak saja kalau
dia punya teman dengan hobby yang sama.
”Panjang dan besarnya hampir sama dengan
aku. Hanya lebih pendek sekitar satu sentimeter.
Tapi urat-uratnya lebih besar. Kebetulah
wajahnya juga bernuansa oriental. Jadi pasti Lina
suka. Oh ya, batangnya agak miring ke kanan
kalau sedang ngaceng” ujarnya sambil tertawa
kecil.
Singkat cerita, hal itu aku sampaikan kepada Lina,
dan diapun menyambut dengan antusias. Bahkan
dia punya usul, kalau acaranya nanti dilaksanakan
di villanya saja di daerah Puncak.


Adult | GO HOME | Exit
1/10457
U-ON

inc Powered by Xtgem.com